Minggu, 12 Juni 2011

Olah Tawa untuk Sehat dan Tumbuhkembangkan Rasa Cinta


Menarik perhatian, Minggu pagi adalah ribuan orang tertawa di salah satu sisi Lapangan Ikada, Monas.

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak cara untuk hidup sehat. Untuk itu, jangan heran melihat ribuan orang sudah memadati kawasan Monumen Nasional (Monas), setiap Minggu pagi. Ada apa?

Aktivitas mereka sungguh beragam. Ada yang joging, ada main bulutangkis, ada yoga, dan kegiatan olah raga lainnya. Termasuk, yang menarik perhatian, Minggu (14/6) pagi adalah ribuan orang tertawa di salah satu sisi Lapangan Ikada, Monas.

Haha... haha... hoho... .hoho... , begitu terdengar keras tawa mereka.

Untuk memancing tawa, ada pula yang bernyanyi dengan lucu-lucunya, seperti anak-anak yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Tepuk ambe-ambe/Belalang cupu-cupu/Bertepuk adik pande/Diupah air cucu... Setelah itu, meledaklah tawa mereka, ribuan peserta Pesta Rakyat-Olah Raga Tawa, yang digagas National Integration Movement atau Gerakan Integrasi Nasional.

Mengapa mereka harus tertawa dan beramai-ramai pula? Presiden National Integration Movement (NIM), Maya Safira Muchtar, di sela-sela pesta tawa tersebut mengatakan, mereka harus tertawa agar lebih segar, lebih optimistik, dan lebih sehat. "Lebih dari itu, dengan pesta tawa ini, peserta saling bersilaturrahim, sehingga ini berpotensi untuk memperkuat persaudaraan, persatuan, dan menumbuhkembangkan rasa cinta terhadap Ibu Pertiwi," ujarnya.

National Integration Movement adalah lembaga nonprofit dan nonpolitik. Ia hanya merupakan salah satu sayap dari Yayasan Anand Ashram, yang berdiri karena keprihatinan terhadap berbagai masalah disintegrasi bangsa yang saat ini terjadi dan yang b erpotensi untuk terjadi. Khusus di Lapangan Ikada Monas, setiap dua minggu sekali diadakan Pesta Rakyat-Olah Raga Tawa atau Pesta Tawa.

Ketika bincang-bincang dengan Maya, sejumlah instruktur berkali-kali memancing para peserta untuk tertawa selepas-lepasnya dan sebebas-bebasnya. Usai tertawa, mereka kembali menyanyi dan joget bersama. Yuk urusan diri... biar bisa urus negeri... , demikian antara lain bait-bait lagunya.

Menurut Maya, melalui kegiatan yang penuh semangat keceriaan, persatuan, dan perdamaian tersebut, NIM berusaha untuk mengingatkan masyarakat Indonesia akan semngat Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, dan juga semboyan Bhinneka Tunggal Ika atau keberagaman, yang merupakan dasar dalam membangun bangsa Indonesia.

Segar dan sehat

Sejumlah peserta mengaku dirinya merasa lebih segar, setelah ikut pesta tawa. Ada benarnya, tertawa itu sehat. Saya merasa lebih segar dan bersemangat. Tampaknya, saya harus menyegarkan diri dengan berusaha tertawa setiap harinya, sekurang-kurangnya, lima menit, kata Ny Diana (56).

Presiden NIM Maya Safira Muchtar mengungkapkan, penelitian Asosiasi Psikiatri Indonesia menyatakan, 94 persen populasi Indonesia mengalami depresi atau gangguan lain sejenis. Depresi dan stress dapat bermanifestasi dalam bentuk gangguan fisik . Segala penyakit fisik 100 persen disebabkan oleh pikiran kita.

Tertawa adalah salah satu cara memberdayakan diri, yang orang banyak tidak tahu manfaatnya. Padahal, dengan tertawa hidup kita menjadi lebih sehat, bahagia, dan tenteram. "Kesehatan adalah bonus dari kedamaian yang diperoleh oleh jiwa dan mental kita," jelasnya.

Mas Madan Kataria, dokter Bombay yang iseng bikin klub ketawa internasional (LCI) tahun 1995 mengatakan, ketawa menyimpan nilai aerobic yang setara dengan lari jarak jauh atau dua set main tenis.

Handrawan Nadesul mengutip ahli jantung Amerika, William Fry, mengatakan, ketawa identik dengan berareobik. Ketawa semenit saja sudah memberi relaksasi tubuh sebanyak 40 menit. Seratus kali ketawa setara dengan 10 menit jogging.

Fungsi ketawa baru bernilai sehat jika sampai terbahak-bahak atau tertawa perut berguncang. Bukan Cuma bermanfaat melatih jantung dan paru-paru, tapi otot-otot pundak, lengan, perut, sekat rongga badan maupun tungkai ikut bersenam pula, katanya, seperti pernah ditulis di Kompas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar